Language

Selasa, 21 Agustus 2012

KESABARAN ITU ADA BATASNYA


Ada orang bijak yang bilang, sabar itu tidak ada batasnya. 
Menurut saya, orang tersebut mungkin sudah berada di atas level manusia karena memiliki sabar yang tidak terbatas. Jadi orang itu diapapun juga gak akan sedikitpun merasa marah, tersinggung, ato kesel. Kalau saya pribadi berpendapat batas tetap ada batasnya. Tapi mungkin setiap orang memiliki tingkat batas yang berbeda-beda dan memiliki cara untuk menyikapi kondisi “melewati batas kesabaran” yang berbeda pula. Contoh nih, kalau saya pribadi waktu kehilangan atau kecurian motor waktu itu, saya masih merasa itu di bawah ambang kesabaran saya sehingga tidak menjadikan masalah tersebut sesuatu yang besar apalagi emosional. Tapi mungkin buat orang lain, kejadian tersebut sudah melewati batas kesabarannya sehingga menimbulkan entah itu rasa marah atau stress. 

Mungkin mengenai batas kesabaran atau faktor yang menyebabkan hilangnya kesabaran seseorang memang sudah menjadi bagian dari kepribadian yang terbangun semenjak kecil, tapi ada faktor lain yang bisa kita kontrol agar ketika kesabaran kita sudah habis, kita masih tetap bisa melakukan tindakan yang benar. Ketika kesabaran sudah habis, yang kita rasakan adalah kemarahan atau emosi atau rasa sedih. Nah, pada poin ini, sebenernya manusia memiliki kemampuan untuk membuat otak lebih dominan dibanding perasaan. Mungkin buat cowo akan lebih mudah melakukan ini, tapi tidak sedikit juga cewe yang pandai memainkan otak dan perasaannya sendiri. Yang pertama dilakukan ketika kita merasa kesabaran kita sudah habis dan kita mulai marah, yang perlu dilakukan adalah diam. Diam sampai kita merasa lebih tenang. Jangan mengambil tindakan apapun, berkata apapun, dan mengambil keputusan ketika kita sedang dalam keadaan marah. Ada pepatah yang berbunyi “Ketika sedang marah jangan berbicara, ketika berbicara jangan terdengar marah”. Komunikasikan dengan orang sekitar kalau kita lagi butuh waktu untuk menenangkan diri sebentar. 

 Lalu ketika emosi kita sudah mulai turun, saatnya kita membiarkan otak berbicara lebih kencang dari perasaan. Ambil waktu sekitar 10-20 detik untuk memikirkan kembali kenapa saya marah atau sedih, apakah seharusnya saya marah atau sedih, apa efeknya kepada orang lain dan lingkungan apabila saya melampiaskan kemarahan dan kesedihan saya. Tahapan dimana logika di kedepankan memang bukan tahapan yang mudah. Untuk itu perlu latihan, pendewasaan, dan ketenangan pikiran agar bisa tetap mengambil tindakan yang tepat dalam setiap momen kita. Yang pasti teriakan, bentakan, apalagi kekerasan, sama sekali bukan solusi yang boleh diambil ketika emosi kita sudah melewati batas.

 Dengan melakukan langkah di atas, selain kita dapat terhindar dari penyesalan akibat tindakan atau keputusan yang kita ambil di dalam emosi, kita juga bisa melatih bagaimana bersikap dalam kondisi itu. Hal yang tadinya kecil, apabila tidak ditangani dengan benar (karena kesabaran kita sudah habis), bisa jadi malah bertambah besar dan bertambah panjang masalahnya. Untuk itu, pastikan untuk diam dan biar logika berbicara dalam kondisi emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga
kesopanan dengan tidak melakukan komentar
spam.